Matinya jutaan ikan di aliran tailing
milik PT Freeport, tepatnya di pelabuhan Port Site milik PT Freeport,
Timika-Papua, masih menyisakan tanda tanya dan sejumlah spekulasi.
Masyarakat Pulau Karaka dan sekitar yang
dekat dengan lokasi menduga, matinya jutaan ikan di kawasan itu
berkaitan dengan aliran tailing yang memang menggunakan kali-kali di
sekitar muara pantai Amamapare.
Salah satu Ketua Lemasko (Lembaga
Musyawarah Adat Suku Kamoro) Gergerius Okoare meminta Freeport dan Pemda
Mimika memberi penjelasan sekaligus tanggung jawab moral dan sosial
kepada warga sekitar.
“Kondisi ini sudah mengancam mata
pencarian masyarakat suku Kamoro yang mendiami wilayah tersebut. Pihak
Freport bilang ini fenomena alam akibat perubahan iklim, tapi kenapa di
wilayah lain ini tidak terjadi,” katanya, Rabu (20/4/2016).
Anehnya lagi, setelah beberapa hari
kejadian tidak ada respon apapun yang dilakukan pihak perusahaan.
Padahal, kejadian ini persis di aliran tailing yang selama ini
menggunakan kali-kali yang bermuara di laut Arafuru.
Hal senada diungkapkan tokoh pemuda
sekitar Thomas Too. Menurutnya, kematian jutaan ikan itu telah sangat
menganggu masyarakat sekitar. Terutama ekonomi warga yang biasa mencari
nafkah dari mencari ikan.
“Semua mati, ikan kecil dan besa, udang semua mati. Baunya busuk sekali. Masyarakat tidak bisa mencari ikan,” terangnya.
Banyak yang menduga, matinya ikan ini
pengaruh ditutupnya beberapa kali-kali besar oleh PT Freeport dengan
alasan untuk menahan lajunya aliran tailing ke kawasan pelabuhan Port
Site yang bisa menyebabkan pendangkalan.
Salah satu kali besar yang saat ini sudah
ditimbun dan diputuskan alirannya adalah kali Yamaima dan penutupan
kali ini akan terus berlanjut, karena pengendapan tailing kian hari kian
meningkat.
0 komentar:
Post a Comment