JAKARTA - Pendidikan tinggi merupakan salah satu
penentu kemajuan bangsa. Semakin banyak lulusan perguruan tinggi yang
kompeten, maka percepatan pembangunan di suatu negara dapat terwujud
dengan mudah. Lantas bagaimana kondisi pendidikan di Indonesia saat ini?
Rektor Bina Nusantara (Binus) University, Profesor Dr Ir Harjanto
Prabowo, MM mengatakan, cara termudah melihat fakta pendidikan tinggi di
Tanah Air adalah membandingkan keadaan kampus dalam negeri dengan
kampus luar negeri. Tak usah jauh-jauh, negara pembanding termudah
adalah Singapura dan Malaysia.
"Secara langsung bisa dilihat bahwa jumlah anak-anak di Singapura dan
Malaysia yang duduk di bangku kuliah lebih banyak. Belum lagi jika
melihat Korea Selatan. Anak yang lahir di sana sudah pasti kuliah,
jumlahnya mencapai 94 persen," ujarnya ditemui Okezone di Kampus Binus Syahdan, Jakarta, Belum lama ini.
Tingginya jumlah penduduk yang mengenyam perkuliahan, ucap Harjanto,
disebabkan karena akses pendidikan tinggi sangat luas. Berbeda dengan
kondisi di Indonesia yang aksesnya masih terbatas. Angka partisipasi
kasar (APK) pun baru menyentuh 30 persen. Kendati demikian, pemerintah
sendiri sudah cukup terbuka dengan fakta tersebut.
"Dengan adanya universitas swasta seperti Binus, tentu pemerintah
terbantu. Karena jika semua diserahkan kepada pemerintah dan kampus
negeri saja, maka akan semakin banyak yang tidak kuliah," sebutnya.
Suami dari Dyah Budiastuti itu menjelaskan, maraknya perguruan tinggi
swasta (PTS) juga harus dilihat kualitasnya. Pasalnya, pemerintah pasti
menginginkan PTS yang baik dan benar dalam hal pengelolaannya.
"PTS ini harus membantu pemerintah. Bahkan Binus ingin lebih dari itu," ucapnya.
Masalah kedua, lanjut dia, yakni terkait kualitas pendidikan tinggi
di Indonesia. Menurut Guru Besar Binus University itu, kualitas
berkaitan dengan standar. Sebab, jika sekadar kurikulum bisa langsung
ditiru, tetapi yang menjadi tantangan adalah bagaimana cara mengajar,
fasilitas, dan lulusannya.
"Berkaitan dengan standar, harusnya sama ketika mahasiswa belajar
komputer di Binus dengan belajar komputer di luar negeri. Tetapi karena
ada perbedaan akses dan lain sebagainya berdampak pada kualitas. Itulah
yang dinamakan daya saing bangsa. Oleh karena itu pemerintah kerja
keras, begitu juga Binus," paparnya.
Saat ini, dalam rangka mengontrol standar, setiap kampus di Tanah Air
wajib diakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi
(BAN-PT). Tetapi, Binus juga melakukan akreditasi internasional untuk
beberapa jurusan. Tujuannya, imbuh Harjanto, bukan semata-mata untuk
menjual, melainkan supaya kualitas terus meningkat.
"Pada akhirnya ini semua untuk para mahasiswa dan lulusan Binus. Jika
kualitas baik, maka masyarakat akan percaya menimba ilmu di sini,"
terangnya.
Sebagai pendidik, anak ketujuh dari 10 bersaudara itu berharap, ke
depan semakin banyak lulusan kampus di Indonesia yang lebih berkompeten
sekaligus memiliki hati yang baik. Harjanto menggarisbawahi, lulusan
harus berhati baik lantaran negara ini sudah banyak bermasalah akibat
tingkah para kaum intelektual yang tidak benar.
"Tujuan pendidikan itu mencerdaskan kehidupan bangsa. Kita harus
sama-sama bekerja keras untuk membuktikan bahwa kampus mampu
menyelesaikan masalah di Indonesia juga dunia. Kemudian ketika sudah
lulus melakukan profesi dengan etika," tutupnya.
0 komentar:
Post a Comment