Friday, April 22, 2016

Perguruan Tinggi Swasta Bantu Tingkatkan APK Indonesia

JAKARTA - Pendidikan tinggi merupakan salah satu penentu kemajuan bangsa. Semakin banyak lulusan perguruan tinggi yang kompeten, maka percepatan pembangunan di suatu negara dapat terwujud dengan mudah. Lantas bagaimana kondisi pendidikan di Indonesia saat ini?
Rektor Bina Nusantara (Binus) University, Profesor Dr Ir Harjanto Prabowo, MM mengatakan, cara termudah melihat fakta pendidikan tinggi di Tanah Air adalah membandingkan keadaan kampus dalam negeri dengan kampus luar negeri. Tak usah jauh-jauh, negara pembanding termudah adalah Singapura dan Malaysia.
"Secara langsung bisa dilihat bahwa jumlah anak-anak di Singapura dan Malaysia yang duduk di bangku kuliah lebih banyak. Belum lagi jika melihat Korea Selatan. Anak yang lahir di sana sudah pasti kuliah, jumlahnya mencapai 94 persen," ujarnya ditemui Okezone di Kampus Binus Syahdan, Jakarta, Belum lama ini.
Tingginya jumlah penduduk yang mengenyam perkuliahan, ucap Harjanto, disebabkan karena akses pendidikan tinggi sangat luas. Berbeda dengan kondisi di Indonesia yang aksesnya masih terbatas. Angka partisipasi kasar (APK) pun baru menyentuh 30 persen. Kendati demikian, pemerintah sendiri sudah cukup terbuka dengan fakta tersebut.
"Dengan adanya universitas swasta seperti Binus, tentu pemerintah terbantu. Karena jika semua diserahkan kepada pemerintah dan kampus negeri saja, maka akan semakin banyak yang tidak kuliah," sebutnya.
Suami dari Dyah Budiastuti itu menjelaskan, maraknya perguruan tinggi swasta (PTS) juga harus dilihat kualitasnya. Pasalnya, pemerintah pasti menginginkan PTS yang baik dan benar dalam hal pengelolaannya.
"PTS ini harus membantu pemerintah. Bahkan Binus ingin lebih dari itu," ucapnya.
Masalah kedua, lanjut dia, yakni terkait kualitas pendidikan tinggi di Indonesia. Menurut Guru Besar Binus University itu, kualitas berkaitan dengan standar. Sebab, jika sekadar kurikulum bisa langsung ditiru, tetapi yang menjadi tantangan adalah bagaimana cara mengajar, fasilitas, dan lulusannya.
"Berkaitan dengan standar, harusnya sama ketika mahasiswa belajar komputer di Binus dengan belajar komputer di luar negeri. Tetapi karena ada perbedaan akses dan lain sebagainya berdampak pada kualitas. Itulah yang dinamakan daya saing bangsa. Oleh karena itu pemerintah kerja keras, begitu juga Binus," paparnya.
Saat ini, dalam rangka mengontrol standar, setiap kampus di Tanah Air wajib diakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Tetapi, Binus juga melakukan akreditasi internasional untuk beberapa jurusan. Tujuannya, imbuh Harjanto, bukan semata-mata untuk menjual, melainkan supaya kualitas terus meningkat.
"Pada akhirnya ini semua untuk para mahasiswa dan lulusan Binus. Jika kualitas baik, maka masyarakat akan percaya menimba ilmu di sini," terangnya.
Sebagai pendidik, anak ketujuh dari 10 bersaudara itu berharap, ke depan semakin banyak lulusan kampus di Indonesia yang lebih berkompeten sekaligus memiliki hati yang baik. Harjanto menggarisbawahi, lulusan harus berhati baik lantaran negara ini sudah banyak bermasalah akibat tingkah para kaum intelektual yang tidak benar.
"Tujuan pendidikan itu mencerdaskan kehidupan bangsa. Kita harus sama-sama bekerja keras untuk membuktikan bahwa kampus mampu menyelesaikan masalah di Indonesia juga dunia. Kemudian ketika sudah lulus melakukan profesi dengan etika," tutupnya.

0 komentar:

Post a Comment