Terkadang Idealis yang sangat
diagung-agungkan Mahasiswa tidak cukup hanya karena sadar saja, melainkan butuh
komitmen untuk menjalankannya. Mahasiswa yang berkewajiban sebagai agent
of control memang mudah mengontrol penguasa. Mudah, karena tidak
diposisi mereka. Kalau sudah diposisi seperti itu, belum tentu mampu
mempertahankan Idealisme tadi.
Sebagai contoh setiap Penerimaan
Mahasiswa Baru. Hampir seluruh mahasiswa lama bergembira karena menurut mereka
pada saat itu lah rezeki bertaburan mulai dari kasus biaya parkir yang sangat
mahal, akan tetapi hal itu wajar-wajar saja. Yang lebih ironis adalah mahasiswa yang bekerjasama dengan salah satu birokrasi kampus untuk menjadi "calo" dalam penerimaan mahasiswa baru. Kalau ada birokrasi yang terlibat, kesimpulan kita sederhana "mereka ingin memenuhi kebutuhan keluarganya". Akan teapi, apabila mahasiswa yang terlibat hal tersebut, maka marilah masing-masing kita berkesimpulan.
Dalam sebuah perkuliahan seorang
Dosen yang dikenal Idealis pernah bertanya.
Kalau BBM naik, Mahasiswa turun ke
jalan untuk menolak.
Kalau Harga sembako naik, Mahasiswa
turun ke jalan untuk menolak.
Kalau SPP naik, Mahasiswa turun ke
jalan untuk menolak.
Tapi kalau jatah bagi hasil yang
berasal dari uang calon adik-adik Mahasiswa Baru naik, siapa yang turun?
(Mahasiswa lama diam seribu
bahasa. Mereka hanya tertunduk dan saling pandang satu sama lain)
bisa dipastikan, mereka inilah yang ketika jadi pejabat nanti
bermental pemeras. Idealis jika tidak mendapat jatah, dan apatis ketika
berkuasa. Selama tahun ajaran baru para calon koruptor baru. (***)
0 komentar:
Post a Comment